Kamis, 06 Oktober 2011

SERBA - SEBI GIZI SI BUAH HATI


Serba-serbi Gizi Si Buah Hati
REPUBLIKA, Minggu, 24 Oktober 2010 pukul 08:12:00

Reiny Dwinanda

Tubuh yang kurus maupun pendek terjadi menyusul kurangnya zat gizi makro.



Anak Anda kurus? Tak perlu risau jika ia memiliki perbandingan berat badan dan tinggi badan yang seimbang. Namun, kurus juga bisa menjadi pertanda kurang gizi makro.

Demikian juga anak pendek. Anak yang tingginya tidak sesuai dengan usianya kemungkinan telah mengalami malnutrisi dalam jangka panjang. "Sejak 2007, angka kejadiannya masih belum turun sampai sekarang," ucap Dr dr Saptawati Bardosono MSc.

Baik kurus maupun pendek terjadi menyusul kurangnya zat gizi makro. Termasuk dalam kelompok ini adalah zat energi, protein, dan lemak. "Untuk mengatasinya, kita harus memperkenalkan jenis-jenis makanan tradisional yang mudah ditemui di masyarakat," tutur Saptawati, yang menjabat sebagai sekjen Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI).

Pemberian makanan tambahan merupakan solusinya. Persoalannya, kadang anak sukar makan sebanyak porsi yang seharusnya. "Untuk itu, orang tua dapat menyediakan porsi yang lebih kecil, namun dicukupkan kebutuhannya dalam tiga sampai delapan kali pemberian makan, termasuk waktu kudapan," urai Saptawati, yang juga dokter dari Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).

Pada anak usia sekolah, PDGMI menganjurkan pemberian sarapan setiap hari. Langkah ini sekaligus menjadi solusi bagi anak yang kurus atau pendek. "Dengan sarapan bersama di sekolah, guru dapat membantu mengevaluasi menu makanan siswa," kata Saptawati.

Anak kurus atau pendek harus segera mendapat bantuan asupan gizi. Jika dibiarkan, prestasinya di sekolah bisa merosot. "Sebab, kondisi tersebut dapat mengganggu konsentrasi belajar anak," urai Saptawati yang pada 2003 meraih gelar PhD di bidang ilmu gizi dari SEAMEO-Tropmed, FKUI.

Bagaimana dengan anak-anak perkotaan yang telah terbiasa dengan makanan dengan cita rasa gurih yang kuat? Saptawati mengimbau agar orang tua tidak membuat masakan seperti itu tampak superior di mata anak. "Sebaiknya, perkenalkanlah anak dengan aneka ragam rasa makanan," tambahnya.

Untuk anak yang lidahnya sudah terlanjur terbiasa menyantap makanan yang digoreng dengan tepung, misalnya, Saptawati menganjurkan orang tua untuk mengakali kondisi tersebut. Siapkan saja makanan serupa dari dapur Anda. Yang dikhawatirkan dari gorengan di restoran ialah minyaknya yang telah dipakai berulang.

Di samping masalah kecukupan asupan protein, air terpantau sebagai komponen gizi utama yang sering terlupakan. Padahal, zat gizi makro ini paling banyak dibutuhkan. "Air juga tidak diproduksi sendiri oleh tubuh," komentar Prof Dr Ir Hardinsyah MS selaku ketua umum Pergizi Pangan Indonesia.

Sementara itu, di kalangan anak sekolah, masalah kekurangan minum juga jamak ditemui. Mereka berisiko dehidrasi jika tidak minum satu jam sekali. "Kurang cairan tubuh satu persen saja dapat membuat mereka mengalami gangguan mood. Dan, defisit dua persen bisa menurunkan daya ingat sesaat serta konsentrasi visualnya," imbuh Prof Lawrence Armstrong, ahli fisiologi dan pakar nutrisi dari Amerika Serikat.

Kontrasnya, kebiasaan minum di kalangan anak-anak menimbulkan masalah tersendiri. Ini terkait pilihan minuman yang mereka konsumsi. "Satu kaleng minuman bersoda memiliki kandungan 12 sendok gula," tutur Hardinsyah.

Kebiasaan ini dalam jangka panjang bisa menimbulkan masalah kesehatan pada anak, terutama terkait obesitas. "Inilah persoalan gizi ganda yang tengah dialami anak-anak," cetus Saptawati.

Di lain sisi, Saptawati melihat pemenuhan zat gizi mikro belum begitu dipandang penting oleh masyarakat. Buktinya, kasus anemia masih terus meningkat. "Itu karena kekurangan zat besi dan zinc," jelasnya.

Saptawati menjelaskan, daging merah merupakan sumber zat besi terbaik. Sebab, kandungannya lebih mudah diserap ketimbang zat besi yang ada pada sayuran hijau. "Andaikan anak terpantau mengalami anemia berat, ia memerlukan sirup zat besi untuk memperbaiki kondisinya," tandasnya. ed: nina chairani



Sepuluh Tanda Umum Anak Bergizi Baik

Menu harian anak hendaknya mengacu pada tumpeng gizi seimbang. Ini merupakan anjuran pola makan yang diperoleh dari aneka ragam pangan secara lengkap dan berimbang. Dengan begitu, tiap anggota keluarga, terutama anak, bisa hidup sehat, cerdas, dan terhindar dari berbagai penyakit.

Untuk memeriksa status gizi anak, PDGMI menyusun sepuluh tanda umum anak bergizi baik. Apa saja ciri-cirinya? Berikut penjelasan Dr dr Saptawati Bardosono MSc:
1. Anak sehat bertambah umur, dalam berat dan tinggi badan pun bertambah.
2. Postur tubuh tegap dan otot padat.
3. Rambut berkilau dan kuat.
4. Kulit serta kuku bersih dan tidak pucat.
5. Wajah ceria, mata bening, dan bibir segar.
6. Gigi bersih dan gusi merah muda.
7. Nafsu makan baik dan buang air besar teratur.
8. Anak bergerak aktif dan berbicara lancar sesuai umur.
9. Anak sehat itu penuh perhatian dan bereaksi aktif.
10. Anak dapat tidur nyenyak.


Peran Air di Piramida Gizi Seimbang

Anda pernah melihat piramida gizi seimbang? Diagram berbentuk kerucut atau tumpeng itu merupakan Pedoman Umum Gizi Seimbang. Belakangan, para ahli gizi medik gencar mengingatkan pentingnya memenuhi tingkatan dasar dari piramida tersebut.

Di tingkat satu piramida gizi seimbang, ada sumber zat tenaga. Termasuk di antaranya penganan sumber karbohidrat, yakni padi-padian, umbi-umbian, dan tepung-tepungan, sebanyak tiga sampai delapan porsi. "Berikutnya, terdapat tiga hingga lima porsi buah dan sayur sebagai sumber vitamin dan mineral," jelas Dr dr Saptawati Bardosono MSc selaku Sekjen Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia.

Di lapisan ketiga dari bawah, ada golongan protein nabati dan hewani. Lalu, di puncak tumpeng gizi seimbang makanan-dengan porsi yang sangat kecil-ada minyak, gula, lemak, dan garam. "Sebagai alas piramida adalah air minum," jelas Saptawati.

Air, lanjut Saptawati, merupakan salah satu zat gizi yang vital bagi kesehatan. Air berperan di hampir semua proses metabolisme dan sistem kekebalan tubuh. Untuk hidup sehat dan aktif, tubuh memerlukan minimal dua liter air atau setara dengan delapan gelas.

Hanya saja, sebagian masyarakat belum memahami peran air di kehidupannya. Kenyataan itu terpotret dalam The Indonesian Hydration Study (THIRST) dengan 1.200 responden di enam kota. "Dari situ terlihat dehidrasi kronik terjadi di Indonesia dan dialami oleh separuh orang dewasa dan remaja yang menjadi responden riset," ungkap Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia, Prof Dr Ir Hardinsyah MS.

Mengingat dehidrasi ringan dapat memengaruhi kerja kognitif dan mood seseorang, Prof Lawrence Armstrong mengimbau agar masyarakat mulai memperhatikan status hidrasinya. "Caranya, dengan memantau warna urine," tutur fisiologis dan nutrisionis dari Amerika Serikat ini dalam konferensi pers Kongres Nasional V PDGMI, Sabtu (16/10), di Semarang.

Urine yang berwarna kuning pucat seperti sari lemon encer dan tidak berbau menunjukkan status hidrasi yang baik. Sedangkan, urine berwarna oranye-kuning seperti jus apel dengan bau yang menyengat, menunjukkan tubuh kurang terhidrasi. "Minumlah agar cairan dalam tubuh tetap seimbang," saran Armstrong.

Bagaimana dengan ketersediaan air bersih di masyarakat? Saptawati memaparkan, masyarakat dapat terus memanfaatkan air permukaan maupun air tanah sepanjang bening, tidak berbau, dan tidak berasa. "Jika tidak memungkinkan untuk menguji kandungan air di laboratorium, coba cicipi air. Lidah bisa merasakan layak atau tidaknya air untuk dikonsumsi," tandasnya.